Matematika : MOMOK , FUNNY atau MOMOK FUNNY ? (1)

Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Sejak diberlakukannya sistem Ujian yang bersifat Nasional ( EBTANAS / UAN / UNAS/ UN ), matematika adalah Mata Pelajaran yang pasti termasuk di dalamnya.  Ketika Penulis sekolah dulu ada enam Mapel yang diujikan secara Nasional, yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA , IPS da. PMP ( PPKn ). Kemudian ada perubahan di jaman Reforrmasi terutama masa pemerintahan Gus Dur, Mata Pelajaran yang diujikan secara Nasional hanya tinggal tiga yaitu Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggeris.  Beberapa tahun kemudian ditambah IPA sampai sekarang.
Timbul Pertanyaan : Kenapa Matematika yang sering dianggap sulit itu selalu diujikan secara Nasional ?
Jawaban dari masalah tersebut tentunya lebih tepat jika diajukan kepada pengambil keputusan di atas sana.
Pertanyaan yang perlu di jawab sekarang adalah :
  1. Kenapa Matematika itu dianggap Mata pelajaran yang sulit ?
  2. Kalau memang sulit , kenapa tidak dipelajari dengan lebih keras sehingga kesulitan itu bisa teratasi ?
  3. Kenapa sebagian besar siswa menganggap metematika sebagai MOMOK yang menakutkan ?
  4. Bagimana megubah  MOMOK itu menjadi FUNNY ?
Mari kita bahas permasalahan di atas  satu persatu
A. Kenapa Matematika itu dianggap Mata pelajaran yang sulit ?

Matematika adalah ilmu dasar yang paling sering kita terapkan dala kehidupan sehari hari. Kita berbelanja, menghitung banyaknya uang yang kita miliki, melihat jam , menentukan kegiatan yang akan dilakukan dan lain lain, semua meruipakan penerapan dari ilmu matematika. Orang yang tidak mepernah mengenyam pendidikan formal sekalipun tetap menerapkan konsep matematika dalam kehidupannya.
Lalu kenapa matematika di sekolah ( khususnya SMP ) menjadi ilmu yang sulit dipahami oleh sebagian siswa ?
Ada Beberapa penyebabnya. Ini menurut analisa penulis.
  1. Tehnik pembelajarannya yang sering disajikan dalam bentuk yang abstrak. Karakteristik matematika yang abstrak lebih sering diasajikan dalam bentuk yang absrak pula. hal ini menyebabkan siswa tidak dapat menjiwai nilai matematika tersebut. 
  2. Matematika lebih sering bermain dengan angka angka, padahal penggunaan angka sangat memerlukan ketelitian dan kecermatan. Untuk bisa menggunakan angka angka sangat diperlukan keterampilan dalam berhitung. oleh karena itu sangatlah penting artinya jika seorang siswa ingin pintar matemetika ia terlebih dahulu pintar dan terampil dalam berhitung. Penguasaan dalam menggunakan operasi dasar ( Penjumlahan, Pengurangan, perkalian, dan pembagian ) memegang peranan penting. Adalah hampir mustahil jika seorang siswa kurang menguasai dan kurang terampil berhitung dapat menguasai metematika dengan baik ( khususnya tingkat SMP ). 
  3. Matematika mempunyai hirarki penguasaan yang saling berhubungan. Diperlukan pengetahuan prasyarat untuk mempelajari materi tertentu. Jika pengetahuan Prasyarat belum dikuasai dengan baik, sangatlah sulit untuk menguasai materi yang sedang dipelajari.
  4. Tingkat kesulitan yang memang berbeda dengan mata pelajaran yang lain. Jika seseorang ingin menguasai matematika dengan baik diperlukan urutan penguasaan sebagai berikut:
  • Penguasaan Konsep. Teori teori yang berkaitan dengan meteri tertentu harus dikuasai. Misalnya tentang Volume Malok.Seorang siswa harus menguasai tentang volume dan rumus yang digunakan untuk menghitung volume balok .
  • Kemampuan menggunakan Konsep  tersebut. Seorang siswa yang sedang mempelajari tentang volume balok, setelah ia menguasai konsep tentang volume balok, ia dituntut untuk bisa mnggunakan kaonsep tesebut untuk meyelesaikan masalah yang berhubungan dengan hal tersebut. Misalnya: Bagaimana menghitung volume balok yang diketahui panjang, lebar, dan tinggi balok. Bagaimana menentukan tinggi balok jika luas alas dan volumenya diketahui, bagaimana menghitung volume suatu benda yang kita jumpai sehari hari yang berbentuk balok, Bagaimana menentukan perbandingan volume balok yang satu dengan yang lain, bagaimana menggunakan konsep yang berhubungan dengan volume balok untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume balok, dll
  • Keterampilan dan kecermatan dalam berhitung. Adalah sia sia seorang siswa menguasai dua hal tersebut diatas, jika keterampilan dan kecematan beritungnya kurang. Mengapa demikian ?Ingat dalam penyelesain akhir suatu soal lebih banyak berhubungan dengan angka angka. Jika dalam berhitung seorang siswa kurang terampil dan kurang cermat maka ia perlu waktu yang lama dalam menyelesaikan suatu masalah. Dan kesalahan sedikit saja dalam perhitungan akan berakibat fatal. Terlebih soal yang disajikan dalam bentuk Pilihan Ganda. Salah sedikit dalam perhitungan bisa saja tidak ada option yang cocok, atau ada yang cocok tapi itu bukan jawaban yang benar. Keterampilan berhitung sangat diperlukan karena dalam mengerjakan soal , kita dibatasi dengan waktu tertentu, meskipun seorang siswa bisa mengerjakan soal jika kurang terampil ia aka kehabisan waktu yang disediakan. 
5. Model Pembelajaran Matematika yang monoton dan membosankan.
Matematika yang abstrak seharusnya diupayakan untuk dikenalkan dalam bentuk yang nyata ( kontekstual). Akan tetapi banyak dijumpai dalam pembelajaran matematika masih sering menggunakan cara cara konvensional berupa  ceramah, tanya jawab. dan pemberian tugas. Hal ini membuat anak menjadi bosan . Pemberian tugas yang terlalu banyak dan tidak terukur ( ingat: siswa tidak hanya harus belajar matematika saja ) akan membuat siswa semakin tidak menyukai matematiuka. Terlebih jika diiringi dengan sangsi yang kurang mendidik jika siswa tidak mengerjakan pekerjaan rumah yang ditugaskan oleh guru.  
Sebuah dilema memang, tidak salah jika seorang guru memberikan latihan yang banyak untuk PR. Seorang guru matematika sangat menginginkan siswanya dapat menguasai matematika dengan baik. Hal ini hanya akan dicapai jika siswa melakukan latihan yang cukup. Akan tetapi jika berlebihan akan menjadi bumerang bagi guru sendiri. Siswa tidak hanya membenci mata pelajaran matematika, bahkan bisa tidak menyukai gurunya. 
Akan tetapi pembelajaran yang dibuat menyenangkan, kalau tidak hati hati bisa membuat siswa kurang menguasai matematika sendiri. Siswa hanya menyukai suasana belajarnya tapi tidak ( kurang ) menyimak materinya, yang ujung ujungnya siswa tetap mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal soal mateatika. (Bersambung )

No comments:

Post a Comment